Surabaya | RuangRana.com – Hari Prajitno kembali akan mengelar pameran tunggal senirupa dengan tajuk “Tanpa Pokok Soal”. Pameran ini akan berlangsung 27-30 uni 2024 di Ruang Rakuti Seni Rupa STKW Wilwatikta Surabaya. Pameran akan dibuka pada 27 Juni 2024 pk 16.00 WIB. Hari Prajitno yang juga merupakan dosen pengajar Seni Rupa di STKW Surabaya memilih tajuk pameran “Tanpa Pokok Soal” sebagai Konsep Tanpa Makna.

Dalam dunia seni rupa kontemporer, konsep dan makna sering kali menjadi pusat perhatian dan diskusi, ataupun tiada beda realitas, kebenaran adalah konstruk/ kesepakatan. Namun, proyek “Tanpa Pokok Soal” menghadirkan pendekatan yang berbeda dengan menekankan eksplorasi material kertas HVS 80 gram tanpa mengaitkannya dengan makna tertentu. Konsep ini menantang seniman dan penikmat seni untuk fokus pada sifat fisik dan estetika material, mengabaikan kebutuhan untuk menanamkan atau mencari makna yang mendalam. Wacana ini akan mengeksplorasi alasan di balik pendekatan “tanpa makna” dan mengapa konsep “Tanpa Pokok Soal” memiliki relevansi dan nilai dalam seni rupa kontemporer.

Makna dalam Seni Rupa

Secara tradisional, seni rupa sering kali dipandang sebagai medium untuk menyampaikan pesan, emosi, atau bahkan makna tertentu sebagai wajib. Seniman menggunakan berbagai simbol, bentuk, dan warna untuk mengkomunikasikan ide atau perasaan kepada penonton. Dalam konteks ini, makna menjadi elemen penting yang menghubungkan seniman dengan audiensnya. Namun, dalam beberapa dekade terakhir termasuk saya dalam pameran ini tidak mengindahkan itu. Seni rupa kontemporer telah mengalami pergeseran yang signifikan. Fokus pada makna dan narasi mulai digantikan oleh eksplorasi formal, material, dan proses kreatif itu sendiri sebagai metode.

Pendekatan “Tanpa Makna”

“Tanpa Pokok Soal” adalah manifestasi dari pendekatan yang mengesampingkan pencarian makna dalam seni rupa. Konsep ini mengarahkan perhatian pada interaksi fisik dengan material kertas HVS 80 gram, seperti dilipat, digunting, ditumpuk, diremas, disobek, digurat, dan dicocoh dan lain-lain. Dalam kerangka ini, karya seni tidak dilihat sebagai wadah untuk menyampaikan pesan tertentu, melainkan sebagai hasil dari proses eksplorasi dan interaksi dengan material.

Alasan di Balik Pendekatan Ini:

Kebebasan Kreatif: Tanpa tekanan untuk menciptakan makna tertentu, seniman dapat lebih bebas dalam bereksperimen dengan material dan teknik. Kebebasan ini memungkinkan munculnya inovasi dan temuan baru yang mungkin tidak akan terjadi jika seniman terikat oleh kebutuhan untuk mengkomunikasikan pesan tertentu ataupun hanya terpaku pada format seni tradisional/ konvensional.

Fokus pada Material: Pendekatan ini menekankan pentingnya material dalam seni rupa. Dengan fokus pada sifat dan kemampuan material kertas HVS 80 gram, proyek ini mengundang penonton untuk menghargai estetika dan potensi material yang seringkali dianggap biasa atau hal sepele dalam sehari-hari.

Proses Kreatif sebagai Seni: Dengan mengabaikan makna, perhatian dapat dialihkan pada proses kreatif itu sendiri. Proses interaksi fisik dengan kertas menjadi bagian integral dari karya seni, menunjukkan bahwa seni bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang perjalanan eksplorasi yang dilalui seniman.

Kritik terhadap Pendekatan “Tanpa Makna”

Meskipun pendekatan “tanpa makna” memiliki kelebihan, ada beberapa kritik yang bisa diajukan falsifikasinya:

Potensi Kekosongan: Tanpa makna yang jelas, karya seni mungkin dianggap kosong atau tidak memiliki nilai. Beberapa kritikus berpendapat bahwa seni seharusnya menawarkan lebih dari sekadar eksplorasi material, dan tanpa makna, karya seni bisa kehilangan daya tariknya.

Kesulitan dalam Interpretasi: Penonton mungkin kesulitan dalam mengapresiasi atau memahami karya seni yang tidak memiliki makna yang jelas, karena bagaimanapun penontonnya akan selalu membawa pra-anggapan tradisional. Seni yang tanpa makna bisa menjadi tantangan bagi audiens untuk terlibat secara mendalam dengan karya tersebut.

Relevansi Konsep “Tanpa Pokok Soal”

Terlepas dari kritik yang ada, konsep “Tanpa Pokok Soal” memiliki relevansi yang signifikan dalam seni rupa kontemporer. Beberapa alasan mengapa pendekatan ini penting antara lain:

Penghargaan terhadap Material: Dengan menyoroti material kertas, hanya kertas biasa seperti yang terlihat dikeseharian yaitu kertas biasa HVS 80 gram, proyek ini mengajak penonton untuk melihat dan menghargai benda sehari-hari dengan cara yang baru. Hal ini dapat memperluas pemahaman kita tentang apa yang dianggap sebagai material seni.

Eksplorasi Kreatif yang Mendalam: Pendekatan ini mendorong seniman untuk menjelajahi batasan kreatif mereka tanpa dibatasi oleh kebutuhan untuk menyampaikan pesan tertentu. Eksplorasi ini dapat menghasilkan karya-karya yang inovatif dan mengejutkan.

Dialog tentang Seni dan Makna: Konsep “Tanpa Pokok Soal” memicu diskusi tentang peran makna dalam seni rupa. Dengan menghadirkan karya yang bebas dari makna yang jelas, proyek ini mengundang penonton, seniman lain dan komunitas seni untuk mempertimbangkan kembali pentingnya makna dalam perspektif “tanpa makna” dalam konteks seni.

Sejarah Seni

Pendekatan yang mengesampingkan makna bukanlah hal baru dalam sejarah seni. Gerakan seperti Dadaisme dan Minimalisme juga mengeksplorasi konsep-konsep yang serupa. Gerakan Dadaisme pada awal abad ke-20 menolak nilai-nilai tradisional dan estetika seni. Seniman Dada menciptakan karya yang sering kali tidak memiliki makna atau pesan yang jelas, sebagai bentuk protes terhadap konvensi seni dan masyarakat. Dalam gerakan Minimalisme, seniman seperti Donald Judd, Agnes Martin, Richard Tuttle ataupun Martin Creed fokus pada bentuk dan material, menghindari representasi dan narasi. Karya-karya mereka menekankan keindahan dan kesederhanaan material, tanpa makna yang harus dicari-cari, diada-adakan.

Implementasi dalam Proyek “Tanpa Pokok Soal”

Proyek “Tanpa Pokok Soal” mengimplementasikan pendekatan makna “tanpa makna” melalui beberapa tahapan. Seniman diberi kebebasan penuh untuk bereksperimen dengan kertas, menggunakan berbagai teknik seperti melipat, menggunting, menumpuk, meremas, menyobek, menggurat, dan mencocoh. Karya-karya yang dihasilkan dipresentasikan dalam pameran yang fokus pada estetika dan proses kreatif, tanpa penekanan pada makna tertentu.

“Tanpa Pokok Soal” adalah sebuah konsep yang menantang konvensi seni rupa dengan mengesampingkan kebutuhan untuk menciptakan makna. Proyek ini mengarahkan perhatian pada sifat dan kemampuan material kertas HVS 80 gram, mendorong eksplorasi kreatif tanpa batasan. Meskipun ada kritik terhadap pendekatan ini, nilai dan relevansi proyek ini terletak pada kemampuannya untuk memperluas dialog tentang peran material dan makna dalam seni rupa kontemporer. Dengan memberikan kebebasan penuh kepada seniman, proyek ini berpotensi menghasilkan karya-karya yang inovatif dan memperkaya pengalaman estetika bagi audiens.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *