Surabaya | RuangRana.com – Pergelaran Ludruk Budhi Wijaya terselenggara dengan sukses di Pendapa Jayengrana, Kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Jumat malam, 21 Juni 2024. Menampilkan lakon Nyai Kerok, penampilan Ludruk Budhi Wijaya, kelompok ludruk yang berasal dari Kabupaten Jombang mampu memukau ratusan penonton yang hadir secara langsung di Taman Budaya Jawa Timur.
Dibuka oleh kepala Seksi Penyajian Seni Budaya UPT Taman Budaya Jawa Timur, Hario Widyoseno S.Sn., MA mewakili Evy Afianasari, S.T., M.M.A selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, pergelaran ini juga dihadiri seniman ludruk se-Jawa Timur yang pada siang harinya mengikuti workshop “Melongok Seni Besutan Jombang“ di tempat yang sama.
Dalam sambutan tertulis Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwista Jawa Timur yang dibacakan Hario Widyoseno, Evy Afianasari mengatakan bahwa kebudayaan menjadi bagian penting dalam penguatan jati diri serta karakter bangsa, karena basis nilai luhur yang selalu terkandung di dalamnya.

Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa kekayaan warisan seni budaya yang kita miliki telah diakui oleh dunia. Yang juga memiliki konsekuensi bagi kita semua untuk melakukan upaya secara sungguh-sungguh dalam melestarikan serta mengembangkannya, kegiatan ini sebagai upaya untuk membangun ruang ekspresi dan apresiasi bagi para seniman sekaligus ajang untuk menghadirkan karya-karya baru yang kreatif, inovatif dan edukatif oleh karena itu saya meyakini kesenian Ludruk merupakan suatu karya unggul dari seniman Jawa Timur yang kaya akan pesan makna dan amanat di dalamnya.
Didalam sambutan tertulisnya Evy Afianasari juga menambahkan penonton dari berbagai segmen mendapatkan nilai yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam berbangsa dan bernegara, nilai yang mengajarkan bagaimana hidup di masa kini sebagai bangsa Indonesia, sebagai insan yang beretika dan berbudaya ketimuran yang kental akan sopan santun. Semangatnya pagelaran ludruk Budhi Wijaya ini merupakan bentuk nyata konsistensi pemerintah provinsi Jawa Timur dalam mendukung upaya pelestarian dan pengembangan kesenian serta budaya daerah. Evy Afianasari juga berharap hal ini terus berlanjut ke depan sehingga akan membantu terciptanya iklim dan ekosistem pelestarian kesenian yang lebih baik.

Lakon “Nyai Kerok” mengisahkan petualangan Dewi Manyar Sari dalam mencari cinta sejatinya. Dewi Manyar Sari, yang mengidamkan seorang pria yang ditemuinya dalam mimpi, harus menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam perjalanannya. Untuk menguji kesetiaan dan ketulusan cinta pria yang akan menjadi pendamping hidup putrinya, sang ayah, Mayangkoro, mengubah Dewi Manyar Sari menjadi seorang wanita tua yang kemudian dikenal sebagai Nyai Kerok. Perubahan wujud ini bertujuan untuk melihat apakah sang pria mampu menerima Dewi Manyar Sari apa adanya, meskipun dalam wujud yang berbeda.
Acara yang terselenggara secara gratis untuk umum di Taman Budaya Jawa Timur semacam ini memungkinkan masyarakat dari berbagai kalangan untuk menikmati pertunjukan budaya yang sarat akan pesan moral. Kehadiran penonton yang memenuhi setiap kursi yang telah disediakan oleh panitia di Pendapa Jayengrana, menciptakan keyakinan dalam upaya pelestarian dan pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah di Jawa Timur. (Eed)