Surabaya | RuangRana.com – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-79, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT Taman Budaya menggelar serangkaian acara pergelaran kesenian yang akan diselenggarakan mulai 27 Juli hingga 2 Agustus 2024. Acara ini akan berlangsung di Gedung Kesenian Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali No. 85 Surabaya.

Rangkaian acara dimulai pada 27 Juli 2024 konser karawitan “Sajen Unen” yang mengusung tema “Suguhan Bunyi untuk Kehidupan Musik”. Konser ini merupakan bagian dari ujian tugas akhir mahasiswa Jurusan Karawitan STKW Surabaya tahun akademik 2023-2024. Lima karya musik tradisional akan dipersembahkan sebagai sesaji bunyi bagi masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, pemerintah, dan seniman. Karya-karya yang akan disajikan meliputi “Konser Ludruk Karawitan” oleh Prasetyo Wahyu Sejati, “Swarawe” oleh Mokh. Hikam Fadli, “Paglak Lagkaban” oleh Bagus Agustin, “Pring Nggadang” oleh Alif Nova Firdaus, dan “Engsel Seliwah” oleh Ilham Bahiy Rif’at Ramadhan. Konser ini akan dimulai pukul 20.00 WIB.

Berikutnya pada tanggal 29 Juli, Sanggar Tari Brang Wetan akan menampilkan pertunjukan tari tradisional yang kaya akan budaya dan sejarah Jawa Timur. Pertunjukan ini akan dimulai pukul 19.00 WIB. Kemudian pada tanggal 30 Juli, Sanggar Tari Biyang Agung akan melanjutkan semarak gelar seni dengan penampilan tari yang memukau, juga dimulai pukul 19.00 WIB.

Pada tanggal 31 Juli, Sanggar Tari Mulyojoyo akan menghadirkan sinergi lintas budaya melalui seni tari yang penuh ekspresi dan gerak.  Pertunjukan ini akan dimulai pukul 19.00 WIB. Disusul hari berikutnya pergelaran kesenian SD Hang Tuah 3 dan Sanggar Baladewa Pada tanggal 1 Agustus, acara akan diisi oleh anak-anak berbakat dari SD Hang Tuah 3 dan Sanggar Baladewa. Mereka akan menampilkan kesenian yang menghibur sekaligus mendidik, dimulai pukul 19.00 WIB.

Rangkaian acara terakhir 2 Agustus 2024 adalah pergelaran Ketoprak “Suryo Budoyo” yang merupakan puncak acara. Pergelaran Ketoprak “Suryo Budoyo” dari Surabaya dengan lakon “Pedhut Mataram”. Kisah ini menceritakan pembangkangan Ki Ageng Mangir terhadap Panembahan Senopati, penguasa Mataram. Dengan cerdik, Panembahan Senopati berhasil menundukkan Ki Ageng Mangir melalui jebakan putrinya yang berpura-pura menjadi pengamen. Akhir cerita yang tragis ini akan ditutup dengan kematian Ki Ageng Mangir setelah kepalanya dibenturkan ke batu gilang. Pertunjukan dimulai pukul 19.00 WIB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *