Surabaya | RuangRana.com – Sejumlah seniman perupa dan pelukis dari berbagai kota di Indonesia, mulai Sabtu (24/2/2024) menggelar Pameran Seni Rupa “Kabisat” di Galeri DKS, Kompleks Balai Pemuda. Pameran seni rupa ini mengusung konsep untuk merenungkan makna waktu dan perubahan dalam kehidupan. Melalui karya-karya Taswir, para seniman mengekspresikan cara mereka menghargai dan beradaptasi dengan setiap momen yang ada, termasuk momen langka sesuai namanya “Kabisat” digelar sampai tanggal 29 Februari 2024, tanggal yang hanya hadir pada setiap 4 tahun sekali, yang juga disebut Tahun Kabisat.
Pameran ini digelar di Galeri DKS, Balai Pemuda Surabaya, mulai dari tanggal 24 sampai 29 Februari 2024. Sebanyak 29 perupa dan pelukis, yang merupakan simbol dari tanggal 29 Februari, turut berpartisipasi dalam dalam gelaran seni ini. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia, seperti Surabaya, Malang, Yogyakarta, Jombang, Sidoarjo, Tuban, Gresik dan ada pula yang berasal dari Jakarta. Beberapa pelukis senior yang ikut meramaikan acara antara lain Dibyo, Jopram, Klowor Waldiyono, Budi Bi, Nanang Widjaya. Turut berpartisipasi dalam pameran ini juga nama-nama seperti Emmy Go, Nabila Dewi Gayatri, Ami Tri dan sejumlah nama lainnya.

Pameran Kabisat dibuka secara resmi oleh Log Zhelebour Sabtu sore (24/2/2024), seorang produser musik rock legendaris yang juga memiliki ketertarikan dan apresiasi terhadap seni rupa. Dalam sambutannya Log Zhelebour mengatakan bahwa pameran ini merupakan sebuah bentuk apresiasi terhadap kreativitas dan keberagaman para seniman Indonesia, yang mampu menciptakan karya-karya yang menginspirasi dan bermakna. Keberadaan seniman lukis akan terus dibutuhkan, termasuk di era industri ini. “Pameran Kabisat ini juga merupakan event dari “AmiBi Project” yang digagas oleh Ami Tri & Budi Bi, sekaligus Panitia Pameran ini. Mudah-mudahan selalu lanjut ke banyak event pameran seni berikutnya. Demi meramaikan Seni Budaya di Surabaya agar semakin eksis,” imbuhnya.
Sementara itu, Nabila Dewi Gayatri, salah seorang peserta dalam pameran itu memamerkan lukisan pensil di atas Kanvas, 65 x 80 cm, berjudul “Menyiah Semesta”. Dalam lukisan ini, Nabila menuliskan diskripsi, memulainya dengan sebuah pertanyaan. Sungguhkah kelezatan surga ketika berdiam di sulbi Adam? Dan sirnakah kelokan hidup Kain yang tersia di tanah Nod?

Nafas ini memang tidak kekal, Sayang. Namun untuk cinta tak perlu ada sesal. Dengan anugerah Allah (cinta), manusia mampu menyayangi, mencintai terhadap Rabb-Nya sebagai bentuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dan saling menyayangi antar sesama manusia.
Lebih lanjut, Nabila mengutarakan tentang Hakikat cinta, yaitu kecenderungan tabiat kepada sesuatu, karena keadaan itu merupakan keadaan yang cenderung amat lezat bagi orang yang tengah bercinta kasih. Karenanya, keindahannya menjadi bentuk yang sempurna, bentuk abstrak akan keindahan itu sendiri.
Cinta, satu kata yang memiliki beribu makna. Kata unik yang bisa membuat setiap makhluk lupa akan siapa mereka. Cinta adalah dambaan setiap makhluk hidup.
“Karena cinta dan demi cinta, langit dan bumi diciptakan, dan atas dasarnya makhluk diwujudkan. Demi cinta, seluruh planet beredar dan dengannya pula semua gerak mencapai tujuannya serta bersambung awal dan akhirnya. Dengan cinta, semua jiwa meraih harapannya serta dengannya pula, ia menyingkirkan kesulitannya,” ungkapnya. (AMR)