Surabaya | RuangRana.com – Dibuka oleh Kepala Disbudpar Provinsi Jawa Timur Evy Afianasari, Gelar Budaya dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Tulangagung berlangsung meriah di Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Getengkali 85 Surabaya, Jum’at (23/2/2024) malam. Acara tersebut juga dihadiri Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno, Kepala UPT Taman Budaya Jatim Ali Maruf, Kadis Pariwisata & Kebudayaan Kab. Kediri, Ketua Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya Jarianto, Ketua PEPADI Jatim Sinarto, Consul General of Australia di Surabaya serta para undangan dan masyarakat sekitar.
Sebelum pembukaan, Kepala Disbudpar Provinsi Jawa Timur Evy Afianasari bersama Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno didampingi pejabat yang hadir dalam acara mengunjungi stand-stand pameran UMKM yang berada di sekitar Pendopo Jayengrana dengan diiringi Tarian Khas Dari Tulungagung yaitu Reog Kendang.

Tari ‘Arak-Arakan’ yang dibawakan oleh tim kesenian dari Kab. Tulungagung menandai dibukanya puncak acara Gelar Budaya dan Ekonomi Kreatif Jaranan Kuda Manggala (Pendadaran Banarawa), yang dilanjutkan dengan sambutan Kepala UPT Taman Budaya Jatim Ali Maruf. Ali Maruf menyampaikan, kesenian Jaranan Senterewe sendiri merupakan kesenian yang lahir di Kabupaten Tulungagung tepatnya di Desa Kedungwaru, Kec. Kedungwaru. Kesenian Jaranan Senterewe tumbuh dan berkembang sebagai hiburan masyarakat. “Pada awal-awal kemunculannya jarang terdapat hiburan masyarakat, karena pada saat itu belum ada hiburan seperti televisi dan radio. Sementara hiburan kesenian lain seperti wayang orang, ketoprak, wayang kulit jarang pentas karena mahalnya tarif tanggapan,” kata Ali Maruf.
Acara Gelar Budaya dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Tulangagung ditutup dengan pergelaran drama tari Jaranan Kuda Manggala dengan judul Pendadaran Bonorowo yang disutradarai oleh Bimo Wijayanto, S.Sn dengan penata musik Lintang Asmara Aji dan penata tari Salpani dan Isti neti Rahayu, S.Pd. Dalam legenda jaranan sentherewe disebutkan bahwa jaranan ini mengisahkan para prajurit kesatria yang tengah menjalankan pendadaran setelah menyerap ilmu dari sebuah padepokan bernama Padepokan Bonorowo. Pendadaran yang dimaksud adalah ujian bagi para siswa padepokan untuk menguji seberapa tangguh para satria menghadapi segala tantangan dan cobaan dengan ilmu yang telah diberikan oleh sang guru. Legenda ini menginspirasi karya pertunjukan seni jaranan sentherewe yang dikemas dalam pola cerita bertajuk Pendadaran Bonorowo. Pada awalnya Bonorowo adalah nama Kabupaten Tulungagung. Pendekatan ini sekaligus mengungkapkan seni jaranan sentherewe sebagai seni jaranan khas Tulungagung.

Selain berkesenian, Kab. Tulungagung juga memamerkan produk UMKM unggulan ekonomi kreatif. Serta kegiatan “Workshop Seni” yang mengajak para pecinta seni budaya untuk belajar serta mengenal tentang “Kesenian Jaranan dan Membatik” (AMR)